Oleh: Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro Ph.D.

Kesarjanaan Alkitab Modern : The Jesus Seminar
Dalam Bagian II telah kita bahas para sarjana modern yang melakukan pencarian Yesus yang bersejarah, namun ada pula kemunculan sekelompok ilmuwan alkitab yang berusaha mencari  Yesus yang “otentik: dengan berkonsentrasi pada ucapan-ucapan Yesus yang terdapat  didalam Injil Sinoptik (Matius, Markus , Lukas), dan menerapkan secara ekstrem pendekatan kriteria perbedaan ganda yang telah kita bahas sebelumnya. Inilah kelompok yang memulai apa yang disebut sebagai  Jesus Seminar yang berdiripada tahun 1985 Mereka menerbitkan hasil penelitian mereka dalam buku berjudul The Five Gospels: The Search for the Authentic Words of Jesus pada tahun 1993.

Mereka mengklaim bahwa dari banyaknya ujaran yang terkait dengan Yesus di keempat Injil (mereka juga memasukkan suatu injil apokrifa gnostik yang disebut Injil Thomas) hanya sedikit sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus. Di Injil Markus, misalnya, dari seratus lebih ujaran, kata mereka, hanya satu yang diterima sebagai ujaran asli Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan pada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan pada Allah” ( Markus 12:17).

Ujaran yang lain tidak termasuk karena dianggap terlalu  bercorak“Yahudi” atau terlalu bercorak “Kristiani”, yang berarti ciptaan gereja. Mereka memisahkan Yesus sebagai sosok sejarah dari masa Yudaisme abad pertama dan juga dari komunitas Kristen, yang menjaga ingatan akan saksi mata dan pengikut Yesus. Untuk menambah perkembangan yang dramatis, mereka memberikan klasifikasi dengan menggunakan manik-manik berwarna: merah untuk ujaran Yesus yang asli, hitam untuk ujaran yang diciptakan gereja, dan merah muda atau abu-abu untuk ujaran yang diragukan, dalam teks-teks Injil yang mereka gunakan.. Dalam evaluasi mereka terhadap doa Bapa Kami, misalnya, seminar itu hanya menyetujui dua kata pertama, “Bapa Kami”, sebagai ujaran yang diucapkan Yesus.

Mereka memandang pernyataan Yesus tentang kerajaan Allah hanya diterapkan saat ini. Mereka menyimpulkan bahwa dalam ajaran Yesus tidak ada kerajaan masa depan. Bagi peserta seminar, eskatologi merupakan sebuah produk gereja awal. Terlihat jelas bahwa peserta seminar tidak hanya memisahkan ujaran Yesus yang “asli” dari yang “tidak asli”, tetapi menawarkan sebuah citra Yesus yang baru, seorang Yesus yang pembaru, asal-muasal masyarakat Kristen versi mereka.

Untuk keempat Injil kanonik, seminar tersebut menambahkan Injil Thomas, yang menurut pandangan mereka berasal dari periode yang sangat awal, antara 30 – 60 M, mendahului Sinoptik dan digunakan sebagai sebuah sumber independen. Banyak ilmuwan secara tajam mempertanyakan pernyataan ini. Injil Thomas ini, ditemukan di Nag Hammadi pada tahun 1947 di Mesir dalam sebuah naskah Koptik abad keempat yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, mungkin ditulis pada abad kedua. Injil ini terdiri dari 114 ujaran Yesus tanpa kerangka atau narasi historis dan tanpa eskatologi.

Sebagian dari ujaran tersebut mungkin saja diambil dari Injil Sinoptik atau sumbernya, tetapi secara jelas disunting di bawah pengaruh gnostisisme. Secara keseluruhan, Injil Thomas memiliki orientasi gnostik. Lebih lanjut, Injil Sinoptik dan Yohanes bersaksi tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, tetapi anggota seminar menolak Injil Keempat sebagai sumber ujaran Yesus yang secara sejarah valid.

Namun demikian, hasil utama penelitian kritis modern telah secara kuat dan tegas menetapkan bahwa Yesus yang ada pada Injil yang dimiliki Gereja sampai sekarang  adalah bagian dari sejarah, bukan mitologi, dan bahwa “pertanyaan tentang Yesus sebagai sosok historis memberikan konteks yang nyata pada pernyataan-pernyataan teologis kita dan oleh karena itulah memainkan peran yang bermanfaat  dalam teologi.” Para penginjil, yang merupakan umat Kristen generasi kedua, menggabungkan tradisi yang telah ada dari komunitas Kristen paling awal ke dalam Injil. Yang mereka tulis itu Mereka mengenal Yesus karena para murid mengenang dan bersaksi tentang dia.

Dorongan utama mereka untuk menulis adalah untuk mengumpulkan catatan tentang apa yang pernah dikatakan dan dilakukan Yesus. Jelas kiranya bahwa bukti yang mendukung keempat Injil sebagai dokumen pendirian sejarah dan keimanan Kekristenan yang otentik,  telah diterima oleh sejumlah besar ilmuwan meskipun ada dimunculkan pendapat yang berasal dari terbitan kelompok Jesus Seminar ini yang lebih beorrientasi pada  injil gnostic dan tulisan-tulisan gnostik.

Yesus dan Injil
Kelahiran, Pembaptisan, dan Pelayanan Umum
Yesus dilahirkan dalam sebuah keluarga Yahudi yang saleh, dibesarkan dengan dikelilingi Alkitab dan buku-buku doa Yahudi. Maria adalah ibunya dan Yosef adalah ayahnya yang sah. Maria, ibunya, disebut dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) dan dalam Kisah Para Rasul. Namanya muncul dalam Injil Lukas sekitar tiga belas kali sementara di Injil Markus hanya disebut satu kali (Markus 6:30). Matius dan Lukas bercerita pada kita bahwa kelahiran Yesus terjadi di Bethlehem dalam masa kekuasaan Herodes (Matius 2:1; Lukas 1:5, 2:4-6). Yesus dibesarkan di Nazareth (Matius 2:23, Lukas 2:39).

Sekitar tahun 27 M Yesus pergi ke gurun Yudea dan dibaptis oleh Yohanes, yang dikenal sebagai “Pembaptis” dalam sumber-sumber Yahudi dan Kristen. Ada beberapa kelompok atau sekte Yahudi yang membaptis sepanjang Sungai Yordan. Sementara pembaptisan mereka merupakan tindakan penyucian yang berulang-ulang, pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes merupakan ritual yang tidak diulang.

Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi yang mengajak Israel untuk bertobat, untuk “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan, karena “pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti dibuang dan dibuang ke dalam api” (Matius 3: 7-10). Dalam pengadilan Tuhan, mereka yang bertobat, umat Tuhan yang diperbarui, akan terhindar dari api itu. Percakapan antara Yesus dan Yohanes yang kita temukan dalam Injil Matius 3:7-10 memastikan pembaptisan Yesus oleh Yohanes. Posisinya yang lebih rendah dari Yohanes mungkin menjadi sebuah rasa malu bagi kaum Kristen.

Tradisi Sinoptik menghubungkan pembaptisan Yesus dengan godaan setan yang dialaminya (Markus 1:12-13; Matius 4:1-11; Lukas 4:1-13). Status kesejarahan godaan setan ini di luar jangkauan para ahli sejarah; Yesus sendiri sangat mungkin merupakan sumber cobaan di gurun itu, yang diterjemahkan dalam bahasa figuratif. Yesus tidak hanya dicobai di padang belantara, tetapi juga di sepanjang pelayanan umumnya, karena orang meminta tanda dan keajaiban darinya.

Tidak seperti Yohanes Pembaptis, Yesus tidak tinggal di padang belantara tetapi kembali ke Galilea. Setelah Yohanes dipenjara (Markus 1:4; Matius 4:12) atau bahkan sebelumnya (Yohanes 3:22-24), Yesus tampil berkotbah di muka umum tentang “Injil Allah”. Dia melampaui pesan Yohanes tentang hari pengadilan dan kehancuran; sukacita penyelamatan meresapkan permakluman Yesus bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat” (Markus 1:15). Dalam ajaran Yesus, masa penyelamatan telah mulai. Kekuasaan Allah ada di sini, meskipun berakhirnya masih belum diketahui. Ada beberapa rujukan dalam Injil sampai saat ini, dan juga tentang kerajaan masa depan.

Usaha-usaha untuk menyuarakan apa yang menjadi fokus pernyataan dan ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah sering diberi label eskatologi “realistis dan futuristis, yang memisahkan antara masa sekarang dan akan datang. Yang lebih memuaskan adalah usaha para ilmuwan untuk mengatasi pemisahan ini, menghubungkan ujaran Yesus tentang Kerajaan Allah baik dengan masa sekarang maupun masa depan. Dalam “eskatologi resmi,” baik kerajaan masa sekarang dan masa depan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan dan sosok kemanusiaan Yesus serta kedatangannya di masa depan. Kerajaan Allah bersifat “sudah di sini” dan “belum (ada di sini).” Dua aspek tentang kerajaan ini berbeda tetapi tak terpisahkan.

Yesus mengumumkan pesan penyelamatan pada mereka yang disingkirkan. Dia makan bersama pemungut cukai dan pendosa, dan juga dengan para pengikutnya. Dia makan bersama mereka yang bekerja untuk pemerintah Romawi dan juga dengan mereka yang tidak sepenuhnya patuh pada hukum Yahudi dan tuntutannya. Lawan Yesus mengritiknya karena pertemanannya dengan para pemungut cukai dan pendosa (Lukas 7: 34). Mereka hanya akan menerima pendosa yang bertobat untuk menjadi teman orang-orang benar. Dalam pertentangan pendapatnya dengan musuh-musuhnya, Yesus menjelaskan misinya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Markus 2:17).

Sebagaimana Bapa di surga “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45), Yesus mencerminkan sifat Tuhan dengan mewujudkan cinta dan kebaikan tanpa batas. Perumpamaan-perumpamaannya mengungkapkan bagaimana Allah bertindak, dan karya-karya hebatnya menunjuk pada kekuatan penyelamatan Allah di dunia dan pada Yesus sendiri sebagai pembawa Kerajaan Allah.   -bersambung-

Penulis adalah Ketua Umum dan Pendiri Gereja Orthodox Indonesia

Catatan: Materi ini bisa juga Anda ikuti di channel youtube Rm. Daniel Byantoro.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here