KabarOIKOS.com-Salah satu tempat bersejarah bagi umat Kristen ada di desa kecil di Pulau Flores. Di desa tersebut berdirilah sebuah gereja, bernama Gereja Tua Sikka. Menilik sejarahnya, gereja ini berdiri sejak abad 14. Pada saat itu, raja Sikka, Moang Lesu liardira Wa Ngang, yang dijuluki Ina Gete Amagahar, yang artinya adalah pintar, berwibawa dan didengar, memutuskan untuk melanglang ke Selat Malaka.

Pada saat itu sang raja masih muda, dan pada saat dalam perantauannya itu, dia bertemu dengan misionaris Katolik asal Portugis. Misionaris tersebut kemudian membaptis sang raja muda dengan nama Don Aleksius atau Don Alexu Ximenes de Silva.

Setelah dibaptis, sang raja diberi hadiah Senhor atau salib dari negara Portugis dan juga patung Meniho atau patung kanak-kanak Yesus oleh Penguasa Malaka bernama Jogo Worilla. Tak lama kemudian, sang raja atau Lesu muda pulang ke kampung halaman bersama dengan Agustinho Rosario da Gama. Di Sikka, dia mendirikan kapel kecil yang dihiasi dengan kedua patung kecil yang ia dapatkan dari hadiah setelah pembaptisan tersebut.

Pada 1617, gereja Katolik di Sikka memiliki pastor pertama yang bernama Manoel de Sa OP. Setelah penempatan pastor pertama tersebut, misionaris dari Portugis ini sah melakukan syiar agama. Tentu saja syiarnya menggunakan bahasa Portugis. Uniknya syiar dengan menggunakan bahasa Portugis tersebut masih bertahan hingga sekarang.

Gereja tua Sikka, yang bernama aslinya Gereja Santo Ignatius Loyola ini, bukanlah kapel yang dahulu didirikan sang raja atau Lesu muda atau Da Silva. Tapi Gereja Tua Sikka ini dibangun atas rancangan Pastor Antonius Dijkmans SJ pada 1893 dan selesai pada1899. Sementara diresmikan pada 24 Desember 1899 oleh Pastor J Engbers SJ. Arsitek yang merancang pembangunan gereja ini sama dengan perancang yang membangun Katedral Jakarta. Pada 2014, gereja ini direnovasi dengan memplitur seluruh bagian kayunya, sehingga terlihat mengkilap seperti baru.

Keunikan Gereja Tua Sikka
Sangat beralasan jika Gereja Tua Sikka termasuk salah satu tempat yang paling sering dikunjungi di Pulau Flores. Terutama bagi wisatawan yang beragama katolik. Bangunan dan arsitektur gereja ini memiliki keunikan tersendiri. Bangunan gereja berukuran besar dengan tiang-tiang yang tinggi dan menjulang jauh seperti terowongan. Di terowongan tersebut terdapat banyak makam-makam yang kondisinya sangat terawat, sehingga menarik untuk dipandang.

Bangunan Gereja Tua Sikka terbuat dari kayu jati yang dibangun dengan arsitektur bak istana. Setiap prosesi yang dilakukan di dalam gereja, masih menggunakan bahasa Portugis. Itulah salah satu daya tarik dan keunikan yang dimiliki oleh gereja ini.

Sampai saat ini, Gereja Tua Sikka masih tetap berdiri dan menjadi pusat dari beragama kegiatan keagamaan. Seperti halnya saat perayaan Paskah, masyarakat Katolik biasanya akan mulai melakukan satu prosesi mengarak dan menggotong Salib Senyor yang ditaruh di dalam sebuah peti. Selama prosesi Jumat Agung, semua umat Katolik akan berjalan dari Gereja Tua Sikka dan berkeliling ke arah Timur Kampung Sikka, melewati jalan di sebelah utara gereja dan berbelok kea rah laut dan berjalan kembali kea rah Barat melewati jalan di pesisir pantai.

Karena menjadi salah satu objek wisata, di sekitar gereja ini, kita bisa mengeksplor wisata budaya. Dan di tempat itu kita juga akan bertemu dengan mama-mama berpakaian tenun. Mama-mama tersebut biasanya akan menawarkan beragam kain tenun yang unik dan cantik. Selain kain tenun, mereka juga akan menawarkan Rosario dari kerang yang bisa dibeli sebagai kenang-kenangan. (Andreas, dari berbagai sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here